BELAJAR TARᾹKIB BAHASA ARAB
Teringat saat belajar bahasa Arab di pesantren, persepsi kami dan juga hampir seluruh santri pada waktu itu bahwa belajar bahasa Arab itu identik dengan belajar nahwu atau tata bahasa Arab, kalau ingin pinter bahasa Arab syaratnya cuma satu yaitu pinter nahwu. Melihat pentingnya nahwu, pesantren kami mewajibkan santrinya untuk belajar nahwu pada seluruh tingkatannya. Sebagian santri tidak cukup hanya belajar di kelas formal, diantara mereka ada yang mengambil jam tambahan khusus untuk memperdalam nahwu.
Pada akhir tahun ke lima kami belajar di pesantren, artinya sudah lima tahun kami belajar nahwu, ternyata belum juga bisa berbahasa Arab. Jangankan berkomunikasi, mengucapkan ungkapan-ungkapan pendek dengan menggunakan bahasa Arab pun tidak mampu kami lakukan. Baru sadar ternyata selama ini kami belum belajar bahasa Arab, sampai kapanpun kami tidak akan bisa bahasa Arab jika hanya belajar nahwu secara tradisional seperti itu.
Kesadaran kami muncul bersamaan dengan tawaran dari salah seorang almarhum guru kami ust Mudhofir Mu’thi untuk belajar bahasa Arab, kami diajari sesuatu yang selama ini belum pernah kami kenal. Beliau mengajari kami hiwar atau dialog sederhana, kami senang dengan cara seperti itu, ada sesuatu yang baru, belajar bahasa Arab tidak terasa kering lagi. Alhamdulillah, dalam waktu hanya 14 hari saja pada liburan akhir tahun, dengan ijin Allah kami bisa berbicara bahasa Arab.
Kawan...
Ternyata bahasa Arab itu gampang, ketika yang kita pelajari adalah struktur sederhana dalam bentuk dialog singkat dan dapat kita praktekkan bersama kawan-kawan. Selama ini bahasa Arab itu terasa sulit karena yang kami pelajari adalah nahwu dengan segala permasalahannya yang rumit. Ulama Bashrah berbeda pendapat dengan ulama Kufah tentang asal kalimat, apakah fiil madli atau isim masdar, dan masih banyak lagi perbedaan lain yang tidak mendukung proses belajar bahasa Arab.
Ternyata bahasa Arab itu gampang, ketika yang kita pelajari adalah struktur sederhana dalam bentuk dialog singkat dan dapat kita praktekkan bersama kawan-kawan. Selama ini bahasa Arab itu terasa sulit karena yang kami pelajari adalah nahwu dengan segala permasalahannya yang rumit. Ulama Bashrah berbeda pendapat dengan ulama Kufah tentang asal kalimat, apakah fiil madli atau isim masdar, dan masih banyak lagi perbedaan lain yang tidak mendukung proses belajar bahasa Arab.
Sudah barang tentu belajar tata bahasa itu penting, karena itu adalah unsur utama bahasa. Namun, apakah tata bahasa Arab/ nahwu dengan seluruh permasalahannya harus kita pelajari? Tentunya tidak. Kalau sejak awal kita hanya fokus mempelajari nahwu dari kitab Jurumiyah atau Alfiyah dengan metode tradisioanal yang selama ini kita lakukan, maka hasilnya sebagaimana yang telah terjadi, kami tidak belajar bahasa Arab.
Tarākib atau struktur yang harus dipelajari adalah struktur yang fungsional saja, yaitu yang terkait dan dibutuhkan untuk belajar bahasa Arab. Struktur fungsional bahasa Arab jumlahnya tidak banyak khususnya bagi pembelajar pemula, dalam mempelajarinya juga bisa kita mulai dari yang paling mudah. Biasanya untuk mengungkapkan sebuah pernyataan dalam bahasa Arab terdapat lebih dari satu struktur, tentunya yang kita butuhkan untuk tahap awal adalah struktur kalimat yang paling mudah. Adapun model struktur yang lain, bisa kita tunda untuk pengembangan berikutnya.
Dalam belajar struktur bahasa Arab lebih utama jika dilakukan dengan cara tidak langsung, artinya sama-sama kita belajar struktur yang terdiri dari mubtada’ + khobar, namun sebaiknya untuk tahap awal kita tidak dipusingkan dengan menghafal istilah mubtada’ dan khobar, bagaimana membuat mubtada’ yang benar dan seterusnya, tapi yang paling penting untuk kita ketahui adalah kita mengenalnya secara tidak langsung dalam konteks yang kita butuhkan. Belajar tarākib menjadi lebih indah dan menyenangkan karena kita bisa mengekspresikan diri dengan menggunakan bahasa Arab. Namun, jika yang kita pelajari itu adalah definisi mubtada’, bagaimana menyusunnya dan apa syarat-syaratnya, maka berarti kita belajar struktur dengan cara langsung, dan hal itu kurang mendukung dalam belajar bahasa.
Dalam belajar struktur bahasa Arab, ada istilah qawa’id ilmiah dan qawa’id ta’limiah. Jenis pertama tidak kita butuhkan dalam belajar bahasa Arab, qawa’id ilmiah hanya dibutuhkan oleh orang-orang yang secara spesialis mendalami ilmu tata bahasa Arab, karena kajiannya lebih detail, lebih komprehensif, lebih khusus dan lebih bersifat filosofis. Adapun yang kita perlukan sebagai sarana belajar bahasa Arab adalah qawa’id ta’limiah yang hanya menekankan pada kaidah-kaidah dasar, pokok, mudah, umum dan yang lebih komunikatif dapat dipraktekkan sehari-hari.
Diantara yang berperan membuat persepsi negatif terhadap bahasa Arab adalah kesalahan dalam metode belajar qawa’id atau tata bahasa Arab. Sayangnya, buku-buku yang menjanjikan bisa bahasa Arab dalam waktu tiga hari misalnya, sebagaimana yang beredar di pasaran, hampir semuanya menggunakan metode tradisional dalam penyajiannya. Pada bab pertama buku-buku itu pasti yang dibahasa adalah pembagian kata dalam bahasa Arab dan seterusnya. Wajar, bagi pemula yang membuka buku itu semakin yakin bahwa bahasa Arab itu sulit, semakin sempurnalah persepsi yang selama ini menempel di benaknya. Wallahu a’lam.
===============
Sumber :
Email : cak.uril@gmail.com
FB Akun : Ust. Uril Bahruddin
FB Artikel : Belajar Tarakib Bahasa Arab
0 comments:
Post a Comment