18 August 2016

MENGUASAI KETRAMPILAN BAHASA ARAB

9:36 PM

MENGUASAI KETRAMPILAN BAHASA ARAB


Jika unsur bahasa itu adalah pilar utama penyusun suatu bahasa, maka ketrampilan bahasa atau mahārāt lughawiyah adalah tampilan luarnya, kita dapat mengetahui sejauh mana seseorang telah memiliki kemampuan berbahasa Arab dengan melalui ketrampilan berbahasa yang dimiliki. Karena itu ketrampilan berbahasa secara umum dibagi menjadi empat macam, yaitu istimā’/mendengar, kalām/berbicara, qirāah/membaca dan kitābah/menulis.
Untuk mendemonstrasikan dua ketrampilan pertama, yaitu istimā’ dan kalām membutuhkan media suara yang terhubung secara langsung antara pembicara dan pendengar. Sementara dua ketrampilan yang lain, media yang dibutuhkan adalah huruf tertulis, karena kegiatan membaca baru bisa dilaksanakan jika ada tulisan, demikian juga produk yang dihasilkan dari kegiatan menulis adalah tulisan. Dua ketrampilan terkhir tidak dibatasi oleh dimensi waktu dan tempat, karena kegiatan membaca dan menulis bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, berbeda denga kegiatan mendengar dan berbicara yang sangat terkait dengan waktu dan tempat.
Menurut ahli linguistik terapan, ketrampilan berbahasa dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu; ketrampilan istiqbāl/reseptif, artinya dengan menggunakan ketrampilan itu seseorang dapat mengumpulkan sejumlah informasi dan pengetahuan. Termasuk dalam kelompok ini adalah ketrampilan istimā’ dan qirāah. Jenis ketrampilan kedua adalah intāj/produktif, artinya dengan menggunakan ketrampilan itu seseorang dapat menyampaikan informasi dan ilmu pengetahuan kepada orang lain. Termasuk dalam kelompok ini adalah ketrampilan kalām dan kitābah.
Agar dapat melakukan kegiatan istimā’ dan qirāah dengan baik, seorang pembelajar bahasa membutuhkan cadangan bekal kebahasaan yang lebih banyak, karena ia sedang melakukan proses pemahaman terhadap ide dan gagasan yang disampaiakn oleh orang lain. Apabila cadangan bekal kebahasaannya tidak cukup, maka dia akan sulit memahami gagasan yang tertuang dengan baik. Hal ini berbeda dengan kegiatan kalām dan kitābah, kebutuhannya terhadap cadangan bekal kebahasaan bisa jadi lebih sedikit, karena seseorang yang berbicara atau menulis hanyalah menuangkan gagasan yang dimilikinya.
Empat ketrampilan berbahasa di atas saling memiliki keterikatan dan saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain. Jika kegiatan kalām dan kitābah didemonstrasikan dengan baik, maka kegiatan istimā’ dan qirāah akan berjalan dengan baik. Demikian juga sebaliknya, apabila kegiatan istimā’ dan qirāah dilakukan dengan sempurna, maka pendengar dan pembaca akan dapat cepat memahami dan memperoleh banyak informasi, sehingga akan dapat melakukan kegiatan kalām dan kitābah dengan baik pula.
Bahasa itu adalah pembiasaan, apabila bahasa tidak dibiasakan secara lisan dan tulisan, maka tidak mungkin seseorang akan dapat menguasai bahasa. Karena itu, semua ahli linguistik terapan sepakat bahwa lingkungan yang mampu membiasakan kegiatan berbahasa akan dapat membantu mempercepat proses pembelajaran bahasa. Orang yang belajar bahasa Arab dan tinggal di negara Arab, akan lebih cepat dibandingkan dengan yang tinggal di Indonesia. Orang yang belajar bahasa Arab di pesantren atau sekolah yang menerapkan pembiasaan bahasa Arab, akan lebih cepat dibandingkan dengan belajar di tempat yang tidak membiasakannya.
Pengurutan empat ketrampilan berbahasa itu didasarkan kepada pengalaman anak kecil ketika melakukan pemerolehan bahasa Ibu, diharapkan orang yang belajar bahasa kedua dapat mengikuti urutan itu. Pertama kali yang dilakukan oleh anak kecil adalah mendengar, kemudian berbicara. Setelah umurnya cukup, kemudian pergi ke sekolah belajar membaca dan menulis. Urutan belajar bahasa ini tidak boleh dibalik, akibat dari pembalikan urutan di atas adalah kegagalan dalam menguasai ketrampilan berbahasa.
Seserang tidak mungkin dapat berbicara sebelum mendapat masukan informasi ke dalam otaknya dengan cara mendengar. Karena itu, orang yang sejak kecil cacat dalam pendengarannya biasanya tidak dapat berbicara. Kegiatan berbahasa selanjutnya adalah dengan menggunakan bahasa isyarat, karena pendengaran dan lisannya tidak berfungsi. Demikian juga orang yang kehilangan penglihatannya, biasanya tidak bisa melakukan kegiatan menulis. Kegiatan berbahasa selanjutnya adalah dengan menggunakan bahasa braile untuk membaca.
Kawan…
Tujuan belajar bahasa Arab yang telah kita tetapkan dapat dievaluasi dengan menggunakan instrument mahārāt lughawiyah ini. Apakah kita dapat memahami apa yang kita dengar?. Apakah kita dapat mengungkapkan dengan lisan apa yang ada dalam pikiran kita?. Apakah kita dapat memahami apa yang kita baca? dan Apakah kita dapat menuangkan ide dan gagasan kita dalam bentuk tulisan?.
Semangat belajar bahasa Arab yang telah kita miliki itulah yang dapat menuntun kita untuk bisa menguasai empat ketrampilan bahasa ini. Jangan sampai semangat itu redup di tengah jalan bahkan hilang sama sekali, pepatah Arab mengatakan, “fāqidus syai’i lā yu’thῑ”, orang yang tidak memiliki (semangat) itu tidak bisa memberi (sukses). Wallahu a’lam.

===============
Sumber :
Email : cak.uril@gmail.com

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 comments:

Post a Comment

 

© 2013 Madrasatiy. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top